Rabu, 06 April 2016

Darkaah Ya Ahlal Madinah - Ya Tarim Wa Ahlaha
Darkaah Ya Ahlal Madinah – Ya Tarim Wa Ahlaha
Pernah melihat logo isim seperti pada gambar di atas? Logo isim yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim ataupun maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, bahkan dalam bentuk stiker.
Logo apa itu…? Huruf ‘ح’ ditengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darkaah Ya Ahlal Madinah”, di bawahnya bertuliskan “Ya Tarim Wa Ahlaha”, di samping kanannya bertuliskan lafzhul jalalah yang berbunyi يا فتاح  “Ya Fattah” dan di samping kirinya يا رزاق  “Ya Rozzaaq”. Di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110.
Mengenai isim seperti itu dan yang semacamnya maka hal itu merupakan tabarruk dan tawassul kepada hal yang mulia.
Sedangkan isim di atas sendiri adalah tabarruk dan tawassul kepada al Imam al Habib Abdullah bin al Haddad, seorang Wali Quthb yang sangat masyhur, cucu Rasulullah SAW dari Sayyidina Husain bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib, suami Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW.
Beliau adalah penyusun Ratib al Haddad, Wirdullathif yang banyak diamalkan oleh muslimin di berbagai penjuru dunia, juga kitab Risalatul Mu’awanah, Nashoihud Diniyah, dll.
Dijelaskan oleh Al Habib Munzir bin Fuad al Musawwa, “Darkah ya ahlal madinah” maksudnya adalah bertawassul pada shohibul Madinah yaitu Rasulullah SAW. “Yaa Tarim wa ahlaha” adalah tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Bakdar, yang pada pekuburan Zanbal itu juga terdapat Ashabul Badar utusan Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq r.a. yang wafat di sana. “110” melambangkan marga Ibn Syeikh Abubakar bin salim Fakhrul Wujud (dzuriyyah Rasulullah SAW). “1030” melambangkan marga Al Habsyi (dzuriyyah Rasulullah SAW).
Sesuai faham ahlussunnah wal jam’ah, azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT.
Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab Faidhul Qadir Juz 3 hal 192, dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal. 316/317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat Al Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.
Namun tentunya manfaat dan kemuliaannya bukan pada tulisan dan stiker itu, tapi tergantung pada penggunanya, dan bila anda ingin menggunakannya maka boleh ditempel di pintu atau lainnya sebagai tabarruk dengan nama Imam Al Haddad rahimahullah.
Mengenai tawassul, Allah SWT sudah memerintah kita melakukan tawassul. Tawassul adalah mengambil perantara untuk doa kita kepada Allah SWT. Baik itu dengan amal perbuatan, asma Allah, ayat Al Qur’an, bacaan shalawat, dll.

SEJARAH TULISAN DARKAH

Wawancara bersama Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al Haddad – Tanjung Gang 2 Kota Malang Jawa Timur. Siapa sangka jika penyusun dari Lambang Darkah ini berasal dari kota Malang , beliau adalah Al Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al Haddad. Lambang Huruf ‘ha’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darkaah Yaa Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, disamping kanannya bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa Fattaah” dan disamping kirinya “Yaa Rozzaaq”, sedangkan di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110 seperti keterangan gambar, merupakan hasil karya beliau yang terinspirasi dari beberapa kisah sohibul maulid Simthudhurrar. Beliau yang lulusan dari Pondok Pesantren Darut Tauhid ini berinisiatif membuat lambang Darkah berawal dari kisah Al Imam Al Habib Ali Al Habsyi (Sohibul Maulid, pengarang Simtud Dhurar). Pada awalnya beliau Al Imam Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi membuat tanda untuk setiap kiriman dengan memakai angka 110, disebabkan karena saat itu beliau, Habib Ali al Habsyi, sering kali mendapatkan kiriman-kiriman dari luar negri, dan kiriman tersebut seringkali tidak sampai kepada beliau, kemudian petugas pengirim surat (Pak Posnya) meminta untuk membuat tanda, agar setiap ada kiriman barang/surat tidak hilang kirimannya. Kemudian beliau membuat Kha’ disertai dengan huruf 110, 110 itu sendiri merupakan jumlah bobot nilai huruf hijaiyyah yang merangkai kata ‘ALI’ dalam kitab Aqidatul Awwam (pada halaman terakhir ada rumusannya). Sedangkan gabungan 110 dan kha’ itu ada sekitar tahun 1980-an , atas inisiatif dari Habib Ali bin Muhammad Al Haddad dan Habib Segaf bin Muhammad Ba’ Agil.
Adapun penulisan kalimat Darkah yaa Ahlal Madinah adalah inisiatif dari Habib Abu Bakar sendiri, yang diambil dari Qosidah Habib Muhammad bin Idrus, yang banyak berisi tentang tawasul-tawasul dengan Ahlul Madinah (Rosulullah SAW beserta keluarganya, sahabatnya), termasuk juga kalimat Yaa Tarim Wa Ahlaha, yang merupakan tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Akdar. Pekuburan Zanbal adalah pekuburan para wali dan sholihin, juga di pekuburan Zanbal terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. yang wafat di sana. Kemudian penerapan lambang Darkah ini pada awalnya dulu bukan berbentuk bulat dan bertuliskan kalimat tawasul tadi, melainkan hanya berupa lambang ha’ dan huruf 110 dan 1030 saja, kemudian berkat saran dari paman beliau yang bernama Habib Abdul Qodir bin Husain Al Haddad, maka lambang tersembut ditambahlah dengan wiridannya dari abahnya Habib Husain, yaitu Yaa Fattah Yaa Rozzaq, dengan niatan supaya dapat fadlilah wiridannya Habib Husain bin Muhammad Al Haddad. Siapa sangka bahwa logo yang sudah dikenal di seluruh dunia, baik di kalangan habaib maupun muhibbin ini sudah menyebar ke berbagai negara, seperti Yaman, Malaysia, Singapore, Abu Dabi, Kuwait, dll.
Setelah berjalan lama, lambang ini sempat nyaris hilang, kemudian lambang / ism yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim/maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll, atau dalam bentuk stiker, sampai mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker lambang ini.
Lambang yang sebenarnya adalah suatu Ajimat (Ruqyat) bukan Logo suatu organisasi tertentu, yang apabila dikaji di kitab-kitab , maka lambang ini tidak akan diketemukan di kitab manapun, karena lambang ini ada karena Habib Abu bakar bin Abdurrahman al Haddad menyusunnya digunakan untuk tafa’ul –an (mengharap berkah). Adapun hitungan 1030 itu berasal dari hitungan kalimat “amanatullah wa rosuluh wal Abdullah al Haddad”, yang ditujukan kepada kepada al Imam al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad, dimana hitungan isim tersebut merupakan inisiatif dari para ulama’ kota Tarim Yaman.
Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.*

Selasa, 05 April 2016

JIN islam nantang debat ustadz... hati hati jika ada kata kata dia mediator nengaku dia ruh itu tidak benarr afwann

Pulau Tempat Dajjal Dirantai Yang Muslim Harus Lihat

Artikel Motivasi Islam, Cerita Motivasi, Renungan Harian: Filosofi Gerakan Sholat

Artikel Motivasi Islam, Cerita Motivasi, Renungan Harian: Filosofi Gerakan Sholat:

Filosofi Gerakan Sholat


Sholat
yang telah Kita lakukan selama ini tentu bukan sekedar kewajiban, namun
juga merupakan kebutuhan untuk jiwa kita. Merupakan sarana agar kita
dapat menjalin hubungan dengan erat dengan sang Maha Pencipta. Dibalik
itu semua, terdapat filosofi yang luar biasa dari gerakan- gerakan
sholat yang Kita lakukan sehari- hari.


1. Takbiratul Ihram (Awal dan Akhir)

Pengawalan segala sesuatu, sebagaimana hidup dimulai kelahiran, sesuatu
yg ada pasti ada awalnya. Dengan keimanan kita yakin bahwa semuanya
berawal dari Allah. Maka dengan takbir kita mengembalikan kepada segala
aktivitas kita adalah karena Allah. Takbiratul Ihram sebagai starting point sholat, simbol starting
perjalan hidup. Bermakna penyerahan totalitas pada yang Maha Awal bahwa
karenaNya kita ada dan karenaNYa kita melakukan perjalanan hidup.



2. Berdiri (Gerak Perjalanan)

Berdiri lambang siap berjalan menjelajahi kehidupan, karena jika duduk
dan berdiam kita tidak mungkin bisa berjalan. Tegak artinya kehidupan
harus ditegakkan (ditumbuhkan) pada ruang waktu, iman harus ditegakkan,
akhlak harus ditegakkan, amalan pribadi dan amalan sosial juga harus
ditegakkan. Sebagai mana sabda rosulullah : “Sholat adalah tiang agama
(agama didirikan/ ditegakkan oleh sholat)”.


Dalam tegak berdiri, posisi kepala tunduk, artinya dalam perjalanan
hidup akan tunduk dan patuh pada segala hukum dan kehendak Allah. Kedua
tangan mendekap  ulu hati, simbol bahwa hati harus selalu dijaga
kebersihannya dalam perjalanan hidup.







3. Rukuk (Penghormatan)
Mengenal
Allah melalui hasil ciptaanNya . Dalam perjalanan hidup, pada ruang
ciptaan Allah kita menemukan, menyaksikan dan merasakan bermacam- macam
hal : tanah, air, gunung, laut, hewan, sistem kehidupan, rantai makanan,
rasa senang, rasa sedih, rasa marah, kelahiran, kematian, pertengkaran,
percintaan, ilmu alam, pikiran, manusia sekitar kita, Nabi, Rosul, dll.
Ini merupakan bukti bahwa Allah itu Ada sebagai Pencipta dari semua
itu. Dan kita tahu apabila tanpa petunjuk para utusan Allah (Nabi dan
Rosul) kita tidak akan tahu jika itu semua ciptaan Allah dan dengan para
UtusanNya, kita tahu tujuan hidup serta cara mengisi kehidupan ini agar
selamat.



4. Itidal (Puja- puji pada Allah)

Kemudian kita berdiri lagi untuk mengisi perjalanan hidup dengan penuh
puja dan puji pada Allah serta penuh syukur setiap saat sehingga
tercipta kepatuhan dan ketaatan. Dengan mengetahui hasil ciptaan Allah,
maka akan tumbuh kekaguman dan kecintaan pada Allah sehingga tumbuh rasa
cinta dan iklas atau dengan senang hati akan menjalani menjalani hidup
ini sesuai Kehendak Allah.



5. Sujud (penyatuan diri dengan Kehendak Allah)

Jika berdiri di analogikan dengan perjalan jasadi, maka Sujud dengan
kaki dilipat, atau setengah berdiri adalah simbol dari perjalanan hati
(rohani). Dangan sujud hati dan fikiran kita direndahkan serendahnya
sebagai tanda ketundukan total pada atas segala kuasa dan kehendak
Allah. Menyatu kan kehendak Allah dengan Kehendak kita.


Sujud pertama merupakan penyatuan Kehendak Allah dengan Kehendak
ruhani/ hati/ jiwa kita. Diselangi permohonan pada duduk antara 2 sujud
dengan doa : “Rabbighfirli (ampuni aku), warhamni (sayangi aku),
Wajburni (cukupkanlah kekuranganku), warfa’ni (tinggikanlah derajadku),
warzuqni (berilah aku rezeki), wahdini (tunjukilah aku), wa’fani
(sehatkan aku), wa’fu’anni (maafkan aku).


Sujud kedua merupakan pernyataan pengagungan Allah secara lebih
personal antara makhluk dengan Sang Pencipta, pernyataan ingin kembali
pada Sang Pencipta akhir dari perjalanan. Dan pada waktu itu juga, kita
dianjurkan untuk memanjatkan doa dalam sujud kita yang panjang



6. Duduk diantara 2 Sujud (Permohonan)

Pengungkapan berbagai permohonan pada Allah untuk memberikan segala
kebutuhan yang diperlukan dalam bekal perjalanan menuju pertemuan
denganNya, butuh sumber dukungan hidup jasmani dan ruhani, serta
pemeliharaan dan perlindungan jasmani ruhani agar tetap pada jalan
Allah.



7. Attahiyat : Pernyataan Ikrar

Tahap pemantapan, karena perjalanan hidup itu naik turun dan fitrah
manusia tidak lepas dari sifat lupa, maka perlu pemantapan yang di refresh dan
diulang untuk semakin kokoh, yaitu dengan Ikrar Syahadat, dengan simbol
pengokohan ikrar melalui telunjuk kanan. Sebelum Ikrar, memberikan
penghormatan untuk para Utusan Allah dan ruh hamba- hamba sholeh
(Auliya) yang melalui merekalah kita mengenal Allah dan melalui ajaranya
kita dibimbing ke jalanNya, serta menjadikan mereka menjadi saksi atas
Ikrar kita.



Sholawat menjadi pernyataan kebersediaan mengikuti apa yang diajarkan
Rosululloh Muhammad SAW, dan menempatkannya sebagai pimpinan dalam
perjalanan kita. Salam penghormatan kepada Bapak para Nabi (Ibrohim)
yang menjadi bapak induk ajaran Tauhid. Kemudian diakhir dengan
permohonan doa dan permohonan perlindungan dari kejahatan tipuan Setan
dan Jin agar kita dapat tetap istiqomah dan berhasil mencapai Allah.



8. Salam 

Salam adalah ucapan yang mengakui adanya manusia lain yang sama- sama
melakukan perjalanan dalam hidup ini (aspek kemasyarakatan). Menunjukkan
bahwa hidup ini tidak sendiri, sehingga hendaknya menyebarkan salam dan
berkah kepada sesama untuk saling bahu membahu menegakkan kehidupan
yang harmonis (selaras) dan tegaknya kedamaian, kesejahteraan dan
keselamatan di bumi. Salam adalah penutup sekaligus awal dari mulainya
praktek aplikasi sholat dalam bentuk aktivitas kehidupan di lapangan
hingga ke sholat berikutnya. Nah salam itu simbol dari putaran yang
dimulai dari kanan ke kiri dengan poros badan. Jika dihubungkan dengan
Hukum Kaidah Tangan Kanan berarti arah energi ke atas, simbolisasi bahwa
perjalanan digantungkan pada Allah SWT (di atas) sebagai penjamin
keselamatan dalam perjalanan.


Wallahu alam…

Semoga bermanfaat.

3 years old children hafiz ul quran barokallohulii walakum

..

dengan izin Alloh semua hal tak ada yang mustahilll walaupun akall susah untuk ming iyakan... mudah mudahan keberkahan selalu disertakan bersama kita orang orang lemah amiinn,,,,

mantappp bocahh نشيد/أغنية : "محمد نبينا" مجموعة بنات ينشدن بصوت عذب جميل جداً